Resign dari Jakarta

Seorang senior di kantor lama saya memutuskan untuk "menyusul" saya di kantor yang sekarang. Bukan sekedar pindah kantor tapi juga pindah kota. Yup, senior saya memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta. Dan dia tidak sendiri, dia pindah sekaligus dengan istri dan 3 orang anaknya yang masih kecil.

Pagi tadi sehabis ibadah saya ngobrol sebentar dengan seorang sahabat. Dia melakukan apa yang pernah saya lakukan 6 bulan yang lalu, resign dari kantornya di Jakarta dan pulang kampung. Sekarang dia sedang aktif mencari kerja di sekitar Magelang-Jogja. Lulusan akuntansi by the way. Ada info? Hehehe.

Ngomongin resign dari Jakarta, hmmm, ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, setidaknya untuk sebagian orang. Senior saya dan keluarganya mungkin rela meninggalkan ibu kota karena suka dengan suasana Jogja. Saya sendiri memutuskan resign dari Jakarta supaya dekat dengan keluarga saya. Selain itu saya juga tidak tahan dengan hiruk pikuk kota Jakarta. Ya gak cuma Jogja lah, saya rasa banyak alasan kenapa orang kemudian memutuskan untuk kembali ke daerah setelah sekian lama mengadu nasib di Jakarta.

Cari kerja di daerah itu susah-susah gampang. Ada hal yang perlu diperhatikan kalau mau kembali ke daerah.

#1 Tidak setiap pekerjaan ada di daerah

"Di Jogja gak ada kantor KAP, kalau ada pasti aku masukin," itu kata teman saya tadi. Yap, itu sedikit contoh bahwa variasi pekerjaan di daerah itu tidak sebanyak di ibu kota. Hal ini harus disadari oleh setiap orang yang mau kembali ke daerahnya.

Dulu saya pernah naik bus malam ke Bandung. Ngobrol singkat dengan teman samping saya. Dia sempat berkata,"Di Magelang mau kerja apa?" Oh well, bukan berarti di daerah gak ada pekerjaan ya. Ada, tapi pilihannya gak banyak. Dan bisa saja membuatmu kemudian banting stir.

#2 UMR oh UMR

Berapa sih UMR kota ini? Berapa sih UMR kota itu? Ini hal yang lumrah terjadi ketika seseorang memutuskan untuk resign dari Jakarta. Bukannya tidak mungkin mendapatkan gaji tinggi di daerah setinggi di Jakarta tapi ya tidak banyak yang seperti itu.


UMR itu apa sih? UMR itu upah minimum yang perhitungannya didasarkan pada komponen Kebutuhan Hidup Layak. Inget ya cuy, kebutuhan hidup, bukan gaya hidup. Tolong dengan teliti dan seksama bedakan mana yang kebutuhan hidup dan mana yang gaya hidup. Gak perlu protes kalau UMR daerah beda jauh sama ibu kota, sudah ada hitungannya.

Kalau kamu ditawari pekerjaan di daerah dengan gaji yang hanya setengah atau bahkan sepertiga dari gajimu di Jakarta gak usah tersinggung. Mereka juga menghitungnya berdasarkan UMR daerah. Saya pernah kok dipertanyakan ketika saya minta suatu nominal di perusahaan Jogja, ya selow aja. Kalau gak suka tinggal tolak, cari yang lain. Gak perlu baper sampai merasa gak dihargai segala macam, kalau begitu ya balik aja lagi ke Jakarta.

Dua poin tersebut kalau kamu niatnya cari kerja di daerah. Tapi kalau niatnya mau buka usaha sendiri ya gak usah pusing, bagus.

#3 Budaya yang berbeda

Lain ladang lain belalang. Saya gak lagi ngomongin budaya kantor ya. Lebih ke budaya lingkungan tempat kamu tinggal. Tapi saya rasa ini bukan masalah besar sih asal mau belajar dan menyesuaikan.

Sedikit contoh misalnya, yang selalu diomongin orang luar daerah di Jogja, tentang petunjuk arah. Kalau di daerah lain mungkin terbiasa dengan lurus, kanan, kiri ya siap-siap di Jogja petunjuknya dengan arah mata angin. Nah, coba dihafal dulu arah mata angin. Hehehe.

Hal ini sih sebenarnya berlaku umum ke mana pun dan dari mana pun kamu pindah ya. Gak cuma dari Jakarta ke daerah aja.

Nah itu sih beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan sebelum kamu memutuskan untuk pindah dari Jakarta ke daerah, di mana pun itu. Semoga bermanfaat.

Komentar