Tentang Resign

4 tahun 7 bulan masa kerja
4 perusahaan
Masa kerja terlama 1 tahun 10 bulan
Masa kerja terpendek 11 bulan

Itu rekor saya, dan banyak yang lebih dari saya, baik lebih lama, maupun lebih singkat.

Bangga amat jadi job jumper? Bukannya bangga. Itu terjadi begitu saja. Saya punya alasan kenapa saya bisa pindah kerja sampai 3 kali dalam 4 tahun terakhir.

Pertama, perusahaan tempat saya bekerja terkena masalah hukum dan berdampak langsung terhadap operasional perusahaan. Waktu resign dapat counter offer yang lebih tinggi, bahkan untuk ukuran fresh grad seperti saya tergolong tinggi, tapi saya tolak.
Kedua, saya memutuskan kuliah lagi dan perusahaan saya tidak punya skema untuk kerja sambil kuliah jika kuliahnya reguler seperti saya. Setelah resign saya masih bekerja di perusahaan itu sebagai freelance sampai akhirnya saya mendapat pekerjaan di kampus tempat saya kuliah.
Ketiga, yang paling baru, karena saya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman, sudah pernah saya ceritakan di post ini.

Itu pengalaman saya. Di post ini saya cuma mau berbagi saja perihal resign. Ya sekali lagi semua adalah opini saya, boleh setuju boleh tidak.

Kalau cari alasan untuk resign atau kapan saat yang tepat untuk resign mendingan googling aja, sudah banyak yang membahasnya. Saya akan berbicara hal yang lain.

Resign bukanlah jawaban untuk setiap masalahmu di kantor.

Karena jawaban untuk semuanya adalah cinta #halah.

Kantor mana sih yang gak ada masalah? Kantor mana sih yang gak punya drama? Kalau setiap masalah yang kamu temui di kantor selalu kamu hadapi dengan surat resign ya kamu gak akan pernah berhenti dan juga gak akan pernah bertumbuh.

Setiap pekerjaan pasti ada resikonya. Salah satu yang paling umum ya kamu bisa jadi harus bekerja sama dengan orang yang kepribadiannya atau gayanya atau cara kerjanya gak cocok sama kamu, bisa itu rekan kerjamu atau mungkin klienmu. Resiko pekerjaan lainnya misalnya lembur. Nah tapi kalau lembur jadi budaya saya juga gak setuju, mending kamu resign deh #eh. Resiko-resiko semacam ini harusnya sudah kamu sadari sejak awal jadi kamu siap menghadapinya.

Jangan jadikan resign sebagai pelampiasan emosi sesaat.

Masih agak nyambung dengan yang di atas sih. Kalau ketemu masalah, jangan hadapi dengan emosi. Ya wajarlah ya orang emosi, tapi jangan sampai emosi itu menyetir pikiran atau tindakanmu. Tenangkan diri, tenangkan pikir.

Hal ini juga berarti jangan ambil keputusan resign dengan terburu-buru. Pikirkan semuanya dengan baik. Setiap keputusan pasti ada efeknya, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Apapun alasannya resign adalah hak setiap karyawan.

Kalau memang kamu memutuskan resign karena gak suka dengan rekan kerjamu ya silakan. Kalau kamu resign karena menurutmu gajimu kurang juga silakan. Kamu resign karena gak pernah ada yang ngajakin karaoke itu pilihanmu. Kamu bebas menentukan alasan kenapa kamu resign. Gak perlu takut, itu hakmu.

Resign and be happy!

Pastikan kamu bahagia saat kamu memutuskan untuk resign. Jika tidak lebih baik kamu tunda dulu. Jangan resign karena ikut-ikutan teman. Mungkin kamu lihat temanmu bahagia di tempat yang baru dan temanmu mengajakmu ikut ke tempat itu, tidak lantas kamu akan serta merta bahagia juga. Yang baik untukmu belum tentu baik untuk orang lain, begitu juga sebaliknya. Kenali dan pahami.

Yah itu sekedar coretan opini tentang resign. Biasanya sih dekat-dekat lebaran udah mulai pada nyiapin surat resign #ups. Sekian dan terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca. Semangat bekerja!

Komentar

Posting Komentar